Identitas Buku
Pengarang : Azhar Azis
Penerbit : AQL Pustaka
Tahun Terbit : Cetakan I, Januari 2017
Tebal halaman : viii+266 halaman, ukuran 16x16 cm
Sekilas Tentang Buku
Fajar Abdulrokhim Wahyudiono lahir pada tanggal 2 Oktober 2003 di Bandung. Lahir dalam keadaan prematur, Fajar harus dirawat di ruang NICU rumah sakit Hasan Sadikin hampir sebulan lamanya. Pada usia 1 tahun orang tua Fajar kaget ketika mengetahui ternyata Fajar menderita celebral palsy atau lumpuh otak padahal sebelumnya tidak ada tanda-tanda Fajar memiliki kelainan.
Menderita celebral palsy, Fajar mengalami beberapa gangguan yang membuat perkembangannya terlambat. Penyakit tersebut mempengaruhi keseimbangan, keterampilan motorik dan otot yang membuat Fajar lebih banyak menghabiskan waktu duduk di atas kursi roda. Siapa sangka dibalik keterbatasannya, Fajar mempunyai keistimewaan yang jarang dimiliki oleh anak seusianya bahkan orang dewasa sekali pun. Sebuah ujian yang membawa keberkahan luar biasa.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini terindikasi dan terdeteksi hafal Al-Qu’ran di usia 4 tahun dan kemampuan tersebut baru dipastikan pada usia 9 tahun. Fajar mampu menghafal Al-Qur’an padahal pada saat itu diketahui dia belum bisa membaca. Bagaimana mungkin?
Buku Fajar Sang Hafizh yang terdiri dari 7 bagian ini merupakan kisah tentang tiada yang mustahil di dunia jika Allah berkehendak. Segala menjadi mungkin atas izinNya, Fajar mampu menghafal 30 juz di usia yang masih muda. Atas dedikasi dan kecintaanya pada Al-Qur’an, Fajar dikagumi oleh berbagai kalangan dan dihadiahi naik haji bersama kedua orang tuanya serta dua orang pendamping. Saat buku ini dirilis, Fajar bergabung menjadi santri khusus dan terus aktif belajar tahfizh di Ponpes Ibnu Abbas, Klaten, Jawa Tengah. Selain menjadi penghafal Al-Qur’an, Fajar juga berupaya meningkatkan keilmuan dengan menghafal hadits.
Keajaiban yang didapat Fajar juga tidak lepas dari pola pendidikan dan ikhtiar kedua orang tuanya yang sedari awal memang bercita-cita memiliki generasi Qur’ani. Fajar menyimpan potensi luar biasa dibanding apa yang dimiliki anak-anak seusianya. Kehidupan Fajar tidak lepas dari berbagai ujian tetapi orangtuanya tidak pernah menyerah. Itulah yang menjadi motivasi bagi Bapak Joko dan Bu Heny. Keduanya pantang menyerah untuk mendapatkan sekolah yang layak bagi Fajar.
Seperti apa kegigihan kedua orang tua Fajar dalam mendidik dan menggali mutiara dalam diri anaknya dapat ditemukan ceritanya dari bagian awal hingga akhir.
Kesan Pribadi Mengenai Buku
Beberapa waktu lalu saya mengunjungi sebuah toko buku online, hanya berniat membeli sebuah buku cerita anak Islami. Ketika melihat-lihat koleksi di toko tersebut saya tertarik dengan beberapa buku mengenai cara menjadi seorang hafizh. Salah satunya buku ini, Fajar Sang Hafizh.
Memang buku ini belum masuk kategori buku islami bestseller tetapi rasa penasaran mengantarkan saya membeli buku ini. Saya ingin mengetahui bagaimana bisa seorang yang punya keterbatasan mampu melakukan hal yang luar biasa? Saya yakin ada hikmah yang akan saya dapatkan setelah membaca buku ini apalagi ada tulisan Inspiring Book dan Buku Bergizi.
Benar saja, setelah membaca kisah Fajar saya merasa sangat “tersindir” dan kerdil. Fajar, anak yang saat ini masih berusia 13 tahun sudah berhasil menghafal Al-Qu’ran 30 juz. Tidak hanya itu, dia juga sedang menghafal hadits. Saya sendiri yang sudah berusia kepala tiga rasanya sangat jauh tertinggal. Apalagi jika dibandingkan dari segi fisik.
Fajar mengalami Celebral Palsi tapi keadaan itu tidak menjadi penghalang baginya. Rasanya kita orang dewasa yang sehat dan fisik berfungsi normal menjadi malu pada diri sendiri dan terlebih sama Allah jika ditanya berapa banyak bacaan dan hafalan Al-Qur’an.
Bagian yang paling berkesan adalah tentang kegigihan orang tua fajar memperjuangkan agar anaknya mendapatkan guru yang cocok demi mencapai peningkatan hafalan. Sebuah nilai positif yang dapat menjadi inspirasi dalam dunia parenting.
Kelebihan dan Kekurangan Buku
Sebagai pembaca, menurut saya kekurangan buku ini terletak dalam dua hal. Pertama, tampilan fisik. Dari cover cukup menarik tetapi bagian isi layout dan ilustrasinya standar sekali dan halaman per halaman tidak berwarna alias hitam putih. Bagi saya sendiri sebenarnya tidak begitu masalah tetapi saya saya mafhum bahwa sebagian pembaca ada yang menyukai buku dengan desain yang lebih indah.
Kedua, kuantitas konten. Saya mengapresiasi atas tema yang ditulis sangat berkualitas yaitu mengenai perjalanan seorang hafizh cilik yang punya keterbatasan. Namun, buku ini menurut saya masih kurang dari segi kuantitas atau jumlah halaman. Kalau dijadikan ke format buku standar, buku ini tergolong tipis untuk sekelas buku biografi.
Disamping itu, entah dalam rangka penekanan atau bagaimana, juga terdapat pengulangan atas kalimat yang sama beberapa kali di halaman berbeda. Misalnya, kalimat Fajar lahir dengan berat badan 1,6 kg diulang-ulang di halaman 30,31, 63 dan 223.
Meski demikian, jika fokus kepada pesan dan makna yang hendak disampaikan oleh penulis, maka kekurangan-kekurangan itu menjadi tidak tampak dan seakan tertutupi karena berharganya pesan yang disampaikan. Terlepas dari kekurangan tersebut, buku ini saya rekomendasikan bagi mereka yang sedang mencari inspirasi dan membutuhkan suntikan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an.
Buku Fajar Sang Hafizh menurut saya menunjukkan sebuah perjuangan dan kegigihan seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam menghafal Al’Quran. Oleh karena itu, layak menjadi bahan bacaan bagi yang berencana menghidupkan hafalan Al-Qur’an dalam keluarga, menjadi pelecut semangat bagi yang masih malas menghafal dan jarang murajaah dan bercita-cita menjadi seorang hafizh.
Metode-metode didikan orang tua fajar dalam mencetak generasi Qur’ani dari Fajar lahir hingga sekarang dapat menjadi pertimbangan dan inspirasi buat para orang tua. Terlebih bagi anak berkebutuhan khusus beserta keluarganya agar tidak menyerah dalam mencapai mimpi baik mimpi menghafal Al-Qur’an maupun mimpi lain. Buku ini menghidupkan harapan dan optimisme bahwa dibalik kekurangan insaallah ada kelebihan yang dianugerahkan Allah.
Kata-kata favorit dari buku
Terakhir, ini kata-kata favorit yang saya suka dari buku Fajar Sang Hafizh :
“Karena ibarat kertas putih yang masih bersih, apa yang dia terima itulah yang dia rekam. Daripada mengobatinya susah, jadi kami lebih memilih tidak merusak pikiran anak.” (hal 75)
“Komitmen kami makin kuat setelah Fajar lahir. Kami betul-betul memperkenalkan Fajar dengan lingkungan yang Islami. Kami berusaha tidak memperkenalkan dan memperdengarkan hal-hal yang menurut kami tidak berguna.”(hal.75)
“ Tentu tidak kebetulan bagi Fajar yang lahir dengan berat 1,6 kg itu mampu menghafal Al-Quran. Ada kesabaran, ketekunan, dan optimisme orangtuanya bahwa ia bisa sembuh dengan bacaan Al-Quran. Untuk itu, sejak bayi ia sudah diperdengarkan ayat-ayat Al-Quran.” (hal 30-31)
“Saya tidak pernah meminta kepada Allah agar Fajar sembuh. Karena saya terlalu kecil. Lantas, ketika Fajar sembuh, apakah dia akan tetap menjaga hafalannya....” (hal 88-89)
“Fajar perlu banyak dimotivasi dari lingkungan, terutama orang tua. Fajar bisa menjadi contoh untuk anak-anak lainnya. Apa yang dialami Fajar membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di mata Allah.”(hal 116)
****